Kehadiran Nabi Meringankan Beban Umatnya (At-Taubah: 128)

Allah berfirman:
لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِنْ أَنْفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ
Sungguh benar-benar telah datang kepada kalian seorang Rasul dari kaum kalian sendiri, berat terasa olehnya penderitaan kalian, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) kalian, amat belas kasihan lemah lembut lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin. (At-Taubah: 128)
Meski kita tidak bisa membersamai Rasulullah di medan Badar, di medan Uhud, saat menggali parit membentengi Madinah, saat hijrah ke Madinah, dan saat-saat yang lain, akan tetapi, semoga Allah memberikan kita taufiq untuk mencintai Rasulullah shalallahu alaihi wasallam dan mengikuti sunnah-sunnahnya.
Kita perlu memahami bahwa ayat ini hadir di dalam surah at-Taubah. Bagaimana karakter surah at-Taubah? Dan mengapa ayat ini diletakkan di akhir surah?
Empat bahasan kajian:
1. Munasabah (hubungan) antara surah at-Taubah sebagai bagian dari surah surah terakhir yang Allah turunkan.
2. Munasabah antara surah at-Taubah dengan surah setelahnya, yaitu surah Yunus.
3. Bagaimana profil Rasulullah di ayat ini?
4. Bagaimana gambaran Rasulullah di ayat ini?
(1)
Surah at-Taubah Allah turunkan di sepanjang tahun 9 Hijriyah. Di dalamnya ada 3 tema besar, yaitu: persiapan pasukan sebelum berangkat ke perang Tabuk, keberangkatan umat Islam ke perang Tabuk, dan apa yang terjadi pada umat Islam setelah perang Tabuk.
Allah juga menjelaskan dengan detail tentang rahasia-rahasia orang munafik di surah ini. Makanya disebut juga Al-Fatihah, yaitu surah yang membuka tabir orang munafik, yang sebelumnya hanya diketahui muslimin secara samar.
Surah ini Allah turunkan di ujung jalan juang perjalanan dakwah Nabi, setelah terjadinya Fathu Makkah. Ini menjadi pelajaran bagi kita, bahwa yang harus kita lakukan setelah Allah berikan kemenangan ialah banyak-banyak bertaubat. Allah memerintahkan kita untuk merayakan kemenangan dengan banyak-banyak bertaubat, agar kekurangan kita saat beramal dapat tertutupi. Sebagaimana kita membaca dzikir istighfar selepas shalat.
(2)
Surah at-Taubah memang berbicara rinci tentang orang munafiq dan musyrik, namun secara umum memerintahkan kita untuk banyak bertaubat. Apa kaitan taubat dengan Yunus?
Jelas sekali, bahwa dalam surah Yunus, Allah menjelaskan dengan konkrit profil seseorang atau kaum yang bertaubat dan Allah terima taubatnya. Kaum Nabi Yunus ialah satu-satunya kaum yang bertaubat setelah ingkar pada Nabinya. Ketika kaum Nabi Yunus beriman, Allah menyingkap azab yang menghinakan mereka.
Kaum yang mirip dengan kaum Nabi Yunus ialah orang kafir Quraisy. Awalnya mereka ingkar, namun di penghujungnya mereka beriman kepada Rasulullah.
(3)
Surah at-Taubah ialah surah yang isinya berat, sebagaimana para ulama tafsir menyebutkan. Ar-Razi berkata, “Ketika Allah perintahkan Nabi Muhammad untuk menyampaikan surat yang isinya beban berat bagi kaum muslimin, maka Allah menutup surah ini dengan jaminan bahwa beban berat itu akan terasa ringan karena kehadiran Rasulullah di tengah-tengah umatnya.”
Utsman bin Affan berkata bahwa at-Taubah ialah lanjutan surah Al-Anfal.
Utsman berkata, “Aku menduga Rasulullah menyatukan surah Al-Anfal dengan at-Taubah.” Makanya saat penyusunan mushaf, Utsman memerintahkan untuk meniadakan basmalah di awal surah at-Taubah.
Tema perang bukanlah tema yang sederhana. Sekelas sahabat saja (Kaab bin Malik) bisa tergelincir, apalagi kita. Kondisi saat itu (perang Tabuk) sangatlah berat, di musim panas, akan panen kurma, dan medan yang ditempuh sangat jauh. Saat itu Utsman menyedekahkan hingga 700 ekor unta beserta isinya. Abu Bakar menyedekahkan seluruh harta (yang dibawanya) ketika itu. Dan Umar menyedekahkan setengah hartanya. Para ulama berpendapat bahwa sudah disebut ‘menyedekahkan seluruh harta’ ketika kita bersedekah dengan seluruh harta yang kita bawa saat itu (tidak termasuk aset-aset di rumah dan tempat lain).
Di dalam surah at-Taubah juga, cara Allah mengajak dialog orang beriman tidak seperti dialog di surah lain. Dialog Allah pada orang beriman di surah lain ialah dialog yang lemah lembut, namun tidak dengan dialog Allah di surah ini. Misalnya di surah At-Taubah ayat 38 dan 39.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا مَا لَكُمْ إِذَا قِيلَ لَكُمُ انْفِرُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ اثَّاقَلْتُمْ إِلَى الْأَرْضِ ۚ أَرَضِيتُمْ بِالْحَيَاةِ الدُّنْيَا مِنَ الْآخِرَةِ ۚ فَمَا مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا فِي الْآخِرَةِ إِلَّا قَلِيلٌ
Hai orang-orang yang beriman, ada apa dengan kalian? Bila dikatakan kepadamu: “Berangkatlah (untuk berperang) pada jalan Allah” kamu merasa berat dan ingin tinggal di tempatmu? Apakah kamu puas dengan kehidupan di dunia sebagai ganti kehidupan di akhirat? Padahal kenikmatan hidup di dunia ini (dibandingkan dengan kehidupan) di akhirat hanyalah sedikit.
إِلَّا تَنْفِرُوا يُعَذِّبْكُمْ عَذَابًا أَلِيمًا وَيَسْتَبْدِلْ قَوْمًا غَيْرَكُمْ وَلَا تَضُرُّوهُ شَيْئًا ۗ وَاللَّهُ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
Jika kamu tidak berangkat untuk berperang, niscaya Allah menyiksa kamu dengan siksa yang pedih dan digantinya (kamu) dengan kaum yang lain, dan kamu tidak akan dapat memberi kemudharatan kepada-Nya sedikitpun. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Dalam ayat ini, Allah menyampaikan secara langsung dan tegas (to the point), tanpa sentuhan kelembutan seperti di surah lain. Oleh karena itu surah ini disebut sebagai surat yang berat. Akan tetapi, beratnya kandungan surat ini ditutup dengan profil Rasulullah yang sangat menginginkan keimanan dan keselamatan, amat belas kasihan, lemah lembut, lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin.
(4)
Ada 5 sifat Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam.
1. Nabi itu berasal dari jiwa-jiwa kalian (ada riwayat yang menyebutkan, ‘dari yang terbaik di antara kalian’). Mengapa Allah menyebut ‘min anfusikum’, bukan ‘min kum’? Sayyid Qutb menyebutkan, “Ini adalah hubungan yang paling dekat antar dua hal.” Rasulullah ialah orang yang paling mengetahui dan memahami jiwa kita. Hubungan Nabi dengan kita bukan sekadar hubungan fisik, namun hubungan jiwa yang sangat erat.
Gambaran cinta Nabi pada kita mungkin ibarat syair Arab:
Kekasihku berkata padaku ketika aku mengunjunginya, “Siapa yang ada di depan pintu?” Aku pun menjawab, “Aku.”
Kekasihku berkata, “Engkau salah mendefinisikan cinta jika masih ada kamu dan aku.”
Maka waktu pun berganti dan aku kembali mengunjunginya. Kekasihku kembali bertanya dengan pertanyaan sebelumnya, maka aku pun menjawab, “Tidak ada siapa pun yang di pintu kecuali kamu.” Kekasihku berkata, “Engkau baik dalam mendefinisikan cinta. Maka masuklah wahai aku.”
Gambaran lain besarnya cinta Nabi pada umatnya juga seperti kecintaan Umar pada Abu Bakar radhiyallahu anhuma dan sebaliknya.
Suatu saat Uyainah bin Husain diberikan sertifikat tanah oleh Abu Bakar, sebagaimana yang Rasulullah biasa lakukan pada orang yang baru masuk Islam (untuk menyenangkan hati mereka). Namun sebelum diberikan pada Uyainah, Abu Bakar menyuruh Uyainah menemui Umar terlebih dahulu.
Ketika Uyainah bertemu Umar dan menjelaskan maksudnya, Umar malah merobek-robek sertifikat tanah tersebut. Menurut Umar, dulu Rasulullah melakukan hal itu karena kondisi Islam masih lemah. Saat Islam sudah kuat, maka apa yang Abu Bakar lakukan tidak diperlukan lagi.
Uyainah lantas berkata, “Sebenarnya khalifahnya Abu Bakar atau anda?” Maka Umar menjawab, “Aku adalah dia dan dia tidak lain adalah aku.”
2. Nabi merasakan berat apa yang kalian rasakan berat
3. Nabi menginginkan kalian semua selamat
4. Nabi sangat lemah lembut
5. Nabi amat penyayang bagi orang beriman
Rasulullah selalu memberikan syariat yang lebih mudah pada umatnya. Hal ini karena pandangan Rasulullah sangat jauh ke depan, ke umatnya yang hidup belasan abad setelah beliau hidup. Aisyah berkata, “Tidaklah Rasulullah diberikan dua pilihan melainkan Rasulullah memilih yang lebih mudah.”
Saat yang paling berat bagi umat manusia ialah saat masyhar. Saat itulah kemarahan dan kemurkaan Allah mencapai puncaknya. Rasulullah mengetahui hal ini, oleh karena itu Nabi bersabda, “Setiap Nabi memiliki doa yang mustajab dan semua Nabi telah membacanya di dunia. Hanya saja, aku menyembunyikan doa itu untuk kubaca di padang masyhar.”
Saat itu semua orang meminta syafaat pada Nabi-nabi sebelum Nabi Muhammad, namun mereka tidak sanggup. Saat itu, hanya Nabi Muhammad yang sanggup meminta syafaat pada Allah. Di saat yang paling berat itulah Nabi hadir dengan seluruh tanggung jawabnya untuk menyelamatkan kita semua.
Ust. Herfi G. Faizi, Lc.
6 Ramadhan 1437/11 Juni 2016

Posting Komentar

0 Komentar